Jumat, 13 Januari 2012

Anggapan-anggapan tentang Jagat Raya


Jagat raya sangat luas, mencakup berjuta-juta benda angkasa, beribu-ribu kabut gas/kelompok nebula. Jagat raya kita diperkirakan brumur sekitar 15 miliar tahun. Ada beberapa endapat tentang jagat raya ini, diantaranya:

1. Antroposentris
Yaitu anggapan bahwa manusia adalah pusat dari jagat raya ini. Bangsa babylon tahun 2000 SM menggambarkan jagat raya ini merupakan kubah tertutup, dengan bumi sebagai lantainya. Di sekeliling bumi dianggap ada jurang yang tergenang air. Di seberang air terdapat gunung tinggi penyangga langit. Para ahli pada zaman itu telah mengetahui bahwa panjang tahun 365 hari.
Bangsa ibani memiliki konsep alam semesta yang dipengaruhi oleh alam pikiran bangsa babylonia.
2. Geosentris
Geosentris berasal dari kata geo=bumi , jadi geosentris adalah anggapan bahwa bumi adalah pusat jagat raya ini. Jadi semua benda langit dianggap mengelilingi bumi sebagai pusat. Anggapan ini berkembang sekitar abad 6 SM. Pendukung teori ini adalah Aristoteles, Plato, Socrates, Anaximander, Phytagoras.
3. Heliosentris
Heliosentris berasal dari kata helios=matahari, jadi heliosentris adalah anggapan bahwa matahari adalah pusat dari jagat raya ini.Ini berarti pergeseran pandangan yang dianggap revolusioner pada waktu itu, yang menggantikan kedudukan bumi,; sebagai akibat dari makin majunya alat peneliti dan sifat ilmuwan yang kritis. Nicolaus Copernicus (1473-1543) adalah seorang pelukis terlatih, mahasiswa kedokteran, matematikawan, dan astronom. Ia melihat beberapa kekeliruan dalam tabel buatan Ptolomeus. Pada tahun 1507 ia menulis buku yang sangat terkenal “De Revolutionibus Orbium Caelestium”. (Revolusi Peredaran Benda2 Langit). Ia mengemukakan adanya system matahari , yaitu matahari sebagai pusat yang dikelilingi oleh planet2; bahwa bulan juga mengelilingi bumi dan bersama2 bumi mengitari matahari; bahwa bumi berputar ke arah timur pada porosnya yang menyebabkan siang dan malam. Beberapa ahli pendukung teori heliosentris antara lain : Bruno, Johannes Kepler, Galileo Galilei, Sir Isaac Newton.
4. Galaktosentris
Galakto sentris beranggapan bahwa galaksi merupakan pusat dari jagat raya.

Kamis, 12 Januari 2012

10 Fakta Petir


Petir adalah fenomena alam yang mempesona namun mematikan. Di beberapa negara dunia, petir menjadi momok menakutkan karena kerap menimbulkan korban jiwa. Terkadang sejumlah kasus itu terjadi karena murni kecelakaan, namun ada pula yang terjadi karena ketidaktahuan seseorang terhadap petir. Berikut adalah sembilan mitos petir yang beredar di masyarakat versi MSNBC.

1. Petir Hanya Menyambar Saat Hujan
Petir dapat menyambar sebelum, pada saat, atau setelah hujan. Bahkan, petir kerap muncul di langit biru pada cuaca cerah.

2. Petir Tidak Pernah Menyambar Tempat yang Sama Dua Kali
Petir sering menyambar tempat yang sama berulang-ulang, terutama tempat tinggi dan berujung lancip, seperti beberapa gedung pencakar langit.

3. Ban Karet Melindungi Anda
Mobil adalah salah satu tempat yang aman pada saat terjadi petir menyambar. Namun, itu bukan karena ban mobil. Bodi berbahan metal di luar mobil menghantar aliran listrik di luar mobil. Untuk berjaga-jaga, selalu pastikan jendela mobil tertutup rapat.

4. Berdiri di Bawah Pohon
Berada di bawah pohon pada saat hujan lebat disertai petir tidaklah terlalu aman. Seseorang berpotensi terkena sengatan petir secara langsung atau terluka oleh listrik yang mengalir di tanah.

5. Tidak Apa-apa Menyelesaikan Pertandingan Saat Hujan Lebat
Mengingat terdapat sejumlah kasus serangan petir, manajemen beberapa klub olah raga dunia kini mempunyai kebijakan baru. Pertangingan akan dihentikan sementara pada saat hujan deras demi keselamatan.

6. Telungkup di Tanah
Jika petir mengalir di permukaan tanah, menelungkupkan badan tidak selamanya menyelamatkan Anda. Tindakan seperti itu sudah tidak berlaku karena memberikan anggapan yang salah terhadap konsep keselamatan. Berdasarkan pendapat sejumlah ahli, tidak ada tempat yang aman di daerah terbuka saat petir menyambar.

7. Orang Yang Tersambar Petir Berbahaya Untuk Disentuh
Korban sambaran petir harus cepat mendapat pengobatan, seperti bantuan pernafasan (CPR). Badan manusia tidak menyimpan listrik dari luar, sehingga sangat aman untuk disentuh.

8. Aksesoris Berbahan Metal Mengundang Petir
Jangan bersusah payah melepas aksesoris metal Anda pada saat petir menyambar, sebab sejumlah benda tersebut tidak mengundang petir. Yang harus diperhatikan adalah tidak membawa payung karena itu membuat Anda lebih tinggi.

9. Saya Aman Berada Dalam Rumah
Ya, rumah atau bangunan lain adalah tempat teraman pada saat petir menyambar. Kendati begitu, pada saat berada di dalam, jauhi kabel telepon, perabot elektronik, dan alat-alat yang mengandung listrik lain. Jauhi pula air dan pipa-pipa. Dan yang terakhir, jangan berada dekat jendela hanya karena ingin melihat visual petir yang mengagumkan.

10.Disambar Petir Belum Tentu Mati
Jika anda di sambar petir belum tentu anda meninggal atau mati. Ada beberapa kasus tersambar petir yang tidak menyebabkan manusia yang tersambar meninggal, malahan tidak terjadi lecet atau patah serta kerusakan saraf yang berarti. Silahkan dicoba jika penasaran.

PLANET XENA, Planet Kontroversial

Astronom Amerika Serikat menemukan planet kesepuluh di ujung tata surya. Dunia astronomi terbelah. SUDAH lebih dari 24 kali purnama, Michael E. Brown menyimpan rahasia. Selama dua tahun, pemburu planet itu tutup mulut. Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke komputernya. Pengirimnya adalah seorang hacker yang membobol situs yang memuat database penting temuannya. Isinya ultimatum pendek: umumkan temuan itu atau sang hacker bakal berbuat onar. Ancaman yang masuk tadi menyengat Brown. Profesor astronomi di Institut Teknologi California, Amerika Serikat, itu pun tergopoh-gopoh mengontak koleganya, David Rabinowitz dari Universitas Yale dan Chad Trujillo dari Observatorium Gemini. Dengan terburu-buru Brown berkata, "Kita harus segera mengumumkannya ke publik, sebelum mereka melakukannya lebih dulu." Jadilah Jumat petang akhir bulan lalu, Brown dengan persiapan seadanya menggelar telekonferensi di hadapan para wartawan. "Kami menemukan planet kesepuluh dalam sistem tata surya," ujarnya dengan penuh keyakinan. Sang planet itu letaknya ada pinggiran tata surya kita. Ukurannya lebih kecil daripada bulan, tapi lebih besar daripada Pluto. Brown dan Trujilo pertama kali memotret planet baru itu menggunakan Teleskop Samuel Oschin 1,2 m milik Observatorium Palomar, di luar Kota San Diego, California, pada 31 Oktober 2003. Sebagai pemburu planet sejati, Brown dan timnya sebenarnya tidak mau tergesa-gesa mengumumkan hasil temuan planet itu, sebelum benar-benar memahami sifat-sifatnya. Apalagi letak planet ini sangat jauh-yakni 97 kali jarak matahari dengan bumi-sehingga sulit dideteksi. Baru pada 8 Januari lalu obyek yang sama ditemukan melintas lagi. Sejak itu, berbekal dana dari lembaga antariksa negaranya, NASA, Brown dan kawan-kawannya mencoba memastikan ukuran dan gerak orbitnya. Hingga datang sebuah ancaman dari seorang hacker tadi, agar segera mengumumkan data temuannya. Ukuran sang planet diperkirakan satu sampai dua kali lipat dari Pluto. Ukuran itu membuat planet ini menjadi obyek terbesar yang pernah ditemukan dalam sistem tata surya sejak penemuan Neptunus pada 1846. Untuk sementara planet baru ini diberi nama 2003 UB313, sesuai dengan aturan baku astronomi. Brown berharap, planet ini kelak akan bernama Xena, putri yang jago pedang dan pintar berkelahi dalam mitos Yunani. Xena ditemukan mengelilingi matahari dengan kemiringan 45 derajat terhadap bidang orbit planet-planet lainnya. Itulah sebabnya obyek ini seakan-akan tersembunyi. "Selama ini tidak ada yang mencarinya ke arah sana," kata Brown. Dia berada di Sabuk Kuiper. Ini adalah sabuk yang tersusun dari ribuan obyek mirip batuan asteroid. Konon, ribuan batuan itu adalah sisa dari proses pembentukan tata surya beribu-ribu tahun yang lalu. Di sabuk yang biasanya ditemukan komet inilah Planet Xena dan Pluto berada. Temuan planet kesepuluh ini membuat geger dunia astronomi. Sebagian mendukung Brown, yang lainnya terang-terangan menolak. Penolakan para astronom itu persis sama dengan dulu ketika para ilmuwan menggugat Planet Pluto yang ditemukan Clyde Tombaugh pada 1930. Xena digugat karena dia dianggap terlalu mini untuk disebut planet. "Dia tak pantas disebut planet," kata Alan Boss, pakar teori pembentukan planet di Carnegie Institution of Washington. Dibandingkan dengan delapan planet lainnya-Merkurius, Venus, Bumi, sampai Neptunus, Xena memang tak ada apa-apanya. Ukurannya cuma segede rembulan. "Temuan Brown memang temuan besar," kata Boss, "tapi Xena lebih tepat dikenal sebagai planet Sabuk Kuiper." Brian Marsden dari Minor Planet Center sependapat dengan Boss. Menurut dia, benda-benda angkasa seukuran Pluto di Sabuk Kuiper teramat banyak. Bahkan saat ini para astronom sudah hampir menemukan seribu obyek di sabuk ini. Sebagian besar ukuran obyek itu separuh dari ukuran Pluto. Tahun lalu, misalnya, Brown dan timnya juga menemukan Sedna, yang berukuran sekitar tiga perempat Pluto. Dalam pandangan Boss, bila Xena dan Pluto dianggap planet, konsekuensinya ribuan benda lain yang ada di Sabuk Kuiper juga harus disebut planet. Jadi, "Saya tidak akan menyebut Xena sebagai planet kesepuluh," kata Marsden. Tapi Brown berkukuh pada argumennya. "Ini jelas-jelas lebih besar daripada Pluto, karena itu saya akan tetap mengatakannya sebagai planet kesepuluh," katanya. Sohib Brown, Trujilo, juga menegaskan bahwa permukaan Xena yang kaya metana membedakan dia dengan obyek batuan umumnya di Sabuk Kuiper. "Selama ini belum ada yang mendeteksi metana pada obyek Sabuk Kuiper selain pada Pluto dan Triton (bulan Neptunus)," tutur dia. Definisi planet saat ini memang masih banyak diperdebatkan. Para pakar astronom hingga kini tidak memiliki sebuah definisi yang pasti tentang planet. International Astronomical Union (IAU), yang bertanggung jawab untuk pemberian nama (nomenklatur) segala sesuatu yang terdapat di luar angkasa, telah berupaya merumuskan definisi itu sejak 1999. Tapi nihil. Sebuah komite kerja yang dibentuk khusus untuk memberikan rekomendasi itu malah sempat macet selama enam bulan terakhir. Temuan Brown memaksa mereka kembali ke meja tugasnya. "Sepanjang akhir pekan ini, para anggota komite jadi rajin bertukar surat elektronik," ujar Alan Stern dari Southwest Research Institute, anggota komite. Dia menambahkan, kelak bila sudah ada kesepakatan, rekomendasi definisi itu masih harus divoting di Sidang Majelis Umum IAU untuk membuatnya resmi. Jadwal sidang terdekat baru akan diselenggarakan di Praha, Republik Chek, pada Agustus 2006. Mirip Pluto Michael Brown dan timnya menyebut Xena atau 2003 UB313 sangat mirip dengan Pluto. Mereka sama-sama ditemukan di Sabuk Kuiper. Permukaan keduanya juga sama-sama kaya es metana. Xena adalah planet terjauh. Jaraknya 97 AU (satuan jarak matahari-bumi). Karena jauhnya, satu tahun di Xena itu setara dengan 560 tahun di bumi. Ini karena tahun dihitung dari lamanya sebuah planet mengelilingi matahari.

Ditemukan, Galaksi Purba Tersembunyi


Galaksi yang ditangkap teleskop Herscel (nasa.gov)
Astronom dan kosmolog dari The Open University di Milton Keynes, Inggris berhasil mendeteksi galaksi purba. Ia melakukan hal itu dengan menggunakan efek yang ditimbulkan oleh distorsi ruang dan waktu yang berada di jarak yang sangat jauh antara bumi dan galaksi tersebut.
Menurut astronom tersebut, Mattia Negrello, sebelumnya galaksi ini tersembunyi di balik debu-debu ruang angkasa. Penemuan galaksi yang sangat jauh tersebut berpotensi menyingkap bagaimana proses terbentuknya alam semesta dan galaksi awal.
Dia menjelaskan, galaksi jarak jauh umumnya sulit dilihat. Akan tetapi galaksi yang cahaya redupnya terselubung debu luar angkasa lebih sulit lagi dideteksi, bahkan meski menggunakan teleskop terbesar yang ada saat ini. Namun, para stronom berhasil mendongkrak efektivitas teleskop mereka dengan mengandalkan lensa dan galaksi yang ada di antara astronom dengan objek yang ingin mereka lihat.
Daya tarik gravitasi dari objek yang berada di tengah-tengah antara peneliti dan obyek yang diamati dapat mengganggu ruang dan waktu, efek ini mampu membelokkan cahaya. Efek yang disebut dengan ‘gravitational lensing’ inilah yang dapat meningkatkan kemampuan pengelihatan terhadap galaksi yang sangat jauh, atau setidaknya memungkinkan peneliti menangkap beberapa gambar seputar galaksi tersebut.
Umumnya, menemukan gravitational lense juga sangat memakan waktu. Saat ini, menggunakan data dari teleskop luar angkasa Herschel, galaksi bisa dideteksi dengan mudah menggunakan cahaya berpanjang gelombang sub milimeter jika mengamati langit dengan berukuran luas yang cukup.
Objek yang dilihat dari jarak sub milimeter umumnya diperkirakan merupakan galaksi berdebu, berada pada jarak yang jauh dan mengalami ledakan kuat dari terbentuknya bintang. Aktivtas intens ini menghasilkan debu yang mengaburkan mereka. Pada posisi langit tertentu, peneliti menemukan lima lensa gravitasi baru, galaksi berdebu yang membentuk bintang.
“Saya memperkirakan sekitar empat sampai enam buah galaksi terdeteksi pada data yang kami kumpulkan setahun lalu,” kata Mattia Negrello, seperti dikutip dari Space, 9 November 2010.
“Data tersebut mewakili sekitar 3 persen dari seluruh area yang akan dipetakan oleh Herchel di dalam H-ATLAS (Herschel Astrophysical Terahertz Large Area Survey).” Kata Negrello. “Sangat menggembirakan saat diketahui bahwa sebenarnya ada 5 buah,” ucapnya.
Metode yang digunakan peneliti kali ini lebih sederhana dibandingkan teknik sebelumnya. Mereka mengamati langit untuk mencari radiasi berukuran sub milimeter, mengidentifikasi objek yang paling terang dan menghilangkan beberapa kontaminan seperti galaksi lain yang ada di dekatnya.
Semua yang tersisa kemudian diketahui sebagai galaksi yang membentuk bintang. “Ini merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pemunculan gravitational lensing,” ucap Negrello.
Menurut Negrello, lima buah galaksi yang ditemukan diibaratkan hanya merupakan puncak dari gunung es. “Kami berharap dapat menemukan lebih dari 100 lagi dalam H-ATLAS penuh nantinya,” ucapnya.
Dengan menangkap detail yang diperkuat oleh gravitational lensing pada sejumlah galaksi, peneliti berharap akan dapat lebih memahami bagaimana cara mereka terbentuk dan berevolusi.